Text
Takdir Cinta
Jamal memandang lurus ke depan. Kilatan mata Zahra di gerbang istana membuatnya terkesima. Mendesir darahnya, mendegup dadanya. Seperti hendak melarutkan kegagahannya sebagai tentara Baghdad yang baru disemat. Kebanggaan yang baru saja ia sandang bersama Ali, laki-laki yang sangat berarti bagi gadis itu.
Zahra, yang berdiri anggun sendiri menanti di reriuhan upacara pelantikan taruna. Memendar pesona dalam balutan abaya. Menyiar harap di wajahnya. Hingga Ali melepaskan rindu, hanya air matanya yang bicara. Dari kejauhan Jamal ikut larut dalam pertemuan dua bersaudara.
Hingga Baghdad membara. Baghdad yang dilanda krisis kepemimpinan. Ancaman lain terus menguliti Baghdad. Sang Wazir yang menggunting dalam lipatan kekuasaan. Para Gubernur yang terus terang meminta menjadi raja di wilayahnya. Sementara tentara dari Hulagu-Khan dari Tartar sudah di ujung mata. Dalam sekejap hari-hari penuh prahara. Jalanan bercecer darah, asap hitam membumbung di langit Baghdad. Dan air sungai Tigris pun kelam. Hitam.
Zahra kembali menanti Takdir Cintanya. Menanti dalam keyakinan hati yang menyala.
Laki-laki yang dicintainya, pasti kembali...
n00085S | 813/Mea/t1 | My Library (11) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain